Siapa Bilang Lagu Murahan?
(Rima Budiarti)
Suatu hari saya sengaja memainkan lagu band Indonesia
yang berlirik seperti ini. “Bertahan satu cinta, bertahan satu C-I-N-T-A…”
Belum juga kelar lagunya, sudah ada teman saya yang berteriak. “Busyeet dah,
matiin lagunya! Eneg gua sama yang lebay gitu, hahaha..” Hal serupa terjadi
ketika saya iseng memutar lagu ini. “Aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Dulu ditendang
sekarang aku disayang…”
|
H
|
asyh, saya sudah tidak heran
lagi dengan respon mereka dengan lagu-lagu band Indonesia. Responnya
berwarna-warni seperti lebay lah, kampungan lah, murahan lah, dan masih seabrek
lagi, tetapi intinya sama yaitu ‘payah’. Anyway,
enggak semua orang memandang lagu-lagu band Indonesia dengan sebelah mata. Beberapa dari anak muda Indonesia masih ada yang demen kok. Nggak sedikit
juga. Eits, ada tapinya nih. Orang-orang yang pro sama lagu band Indonesia
malah dilabel enggak selevel dengan mereka yang doyan lagu Korea atau pun lagu
barat-oke, biar gampang saya sebut
saja lagu manca negara. Dan mereka malah dianggap kampungan. Ini terjadi pula
di kalangan pecinta lagu yang cuma ada di Indonesia alias lagu dangdut atau
lagu campursari. It’s like “sorry, loe nggak selevel ya.” Seperti
menciptakan dua kubu yang beroposisi dan berbeda kasta.
Masih ingat dengan pengamen yang masuk dapur rekaman di tahun 2013 kemarin?
Saya salut dengan Tegar. Bocah kecil pengamen yang melalui video Youtube
unggahan menjadi penyanyi tenar Indonesia waktu itu. Lagunya memang sederhana,
sesuai dengan background
kehidupannya. Walaupun hidup serba kekurangan, tapi ia mencoba untuk membuat
suatu karya dengan membuat lagu ciptaannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa
kreativitas bisa dibangun dari aspek
mana saja dan enggak butuh duit banyak untuk nglakuin itu. Oke sip, sepakat.
Holaaa… sebenernya kutukan apa sih yang didapat penyanyi serta band-band
Indonesia sehingga mereka dicap band kampungan bin murahan? Nggak jauh beda
dengan anggapan mereka tentang lagu dangdut dan campursari. Padahal mereka itu
bikin lagu juga penuh dengan perjuangan mandi keringat dan memutar otak mereka.
Isinya juga bagus, lebih sopan dan nggak porno. Ya walaupun kadang maknanya
kurang ngena di hati. Well, that is not
really big problem. Personilnya atau penyanyinya juga sopan-sopan, mereka
memakai baju yang sesuai etika timur dibumbui fashion style yang didesain sama
desainer professional juga. Tapi kenapa anak muda Indonesia malah menganggap mereka
lebay dan kecenderungan mereka untuk menggandrungi artis-artis luar negeri
malah tinggi? Apa yang menarik dari penampilan artis barat yang bajungan kurang
bahan atau malah tidak punya baju sama sekali?
Lain ceritanya kalau artis barat papan atas seperti Lady Gaga yang
nyanyi. Penyanyi barat yang suka berpakaian aneh-aneh bin seksi itu malah
digandrungi oleh kaum muda Indonesia yang termasuk dalam kubu pro lagu barat. Well, si Lady Gaga ini memang sudah go international-lah istilahnya.
Kepopulerannya sudah nggak bisa dibantah lagi. Sebegitunya digandrungi, saya penasaran
dan saya mecoba survey kecil-kecilan. Saya iseng membuka-buka playlist MP3 di HP teman-teman saya.
Wah, nggak salah lagi, selalu suara mayoritas lebih dari lima puluh persen plus satu yang menang adalah lagu-lagu
barat seperti lagunya si Gaga yang saya bicarakan tadi, Miley Cyrus, Bruno
Mars, dan masih seabrek-abrek lagi dan saya lupa nama penayanyinya satu
persatu.
Saya iseng-iseng memprotes teman-teman saya kenapa mereka lebih suka
lagu-lagu barat daripada lagu kreatif anak bangsa. Yah, simpel. Mereka menjawab
kalau itu adalah trend, biar dianggap
gaul dan enggak kudet (kurang update).
Lalu saya tanya apa mereka tahu artinya dan mereka pun senyum sambil
menggeleng. Walah walaaah… gaul kok maksa. Diam-diam saya pun ketawa-ketiwi.
Penyanyi Indonesia kurang menarik? Eits, jangan salah. Penyanyi
Indonesia banyak yang cakep and nggak kalah dari Justin Timberlake. Sebut saja,
Ariel Noah ganteng kok ya walaupun nggak semacho si Justin, but you have to know si Ariel itu
asiatis dan dari zaman baheula sampai zaman nukiye, nggak mungkin kalo mata si
Ariel ini berwarna hijau atau kuning kecuali kalau memakai soft lense. Moreover,
suaranya juga yahuuuuuttt. Rido Rhoma putra sang raja dangdut pun juga patut
diacungi jempol karena lagu-lagu dangdut yang ia nyanyikan sangat inspiratif
dan negara kita yang punya kayak
beginian. Istilah kerennya itu limited
edition. Hemmm… mestinya anak-anak muda bangga sebab itu.
Di luar topik tingkat ketampanan, band-band Indonesia patut diacungi
jempol. Melalui semangat berkaryanya, dunia musik Indonesia makin berkembang.
Lagi pula, enggak sedikit band-band Indonesia yang sudah mengadakan konser ke
berbagai negara. Itu merupakan salah satu tanda bahwa band Indonesia tidak
kalah hebatnya. Masalah penampilan dan gaya menyanyi, bahkan lirik lagu yang
dibawakannya itu merupakan bukti konkret kreativitas mereka. Bukan lebay. That’s really BIG NO!
Ironis sekali ya, ketika anak-anak muda kebanyakan memandang sebelah
mata karya-karya musik anak bangsa.
Parahnya lgi kalau mereka sampai mengejek dan segala macam. Well, mengkritik
dan menghina itu beda tipis. Mengkritik itu dengan didasari fakta, kalau
mengejek itu asal ngomong alias omdo (omong doang). Kalau mendengar celotehan
yang seperti itu, kadang saya mikir. Hah, memang apa yang telah loe perbuat,
loe nggak sehebat mereka yang bisa nyiptain lagu. Loe enggak bisa apa-apa nggak
usah banyang cing-cong dong.
Meskipun demikian, saya tidak akan mengatakan “jangan dengerin lagu manca
negara”. Mau lagu barat kek, lagu Korea kek, lagu Mandarin kek, semuanya oke. Cuman,
jangan sesekali kita menghina atau memandang remeh lagu-lagu saudara-saudara
kita sendiri di Indonesia. Kita wajib dong pro dengan mereka. Apresiasi
kreativitas anak bangsa itu haram jika tidak dilaksanakan. Eits, nggak
bermaksud untuk sok ngatur lho ya. Dengan
menghargai karya saudara-saudara kita, itu artinya kita juga cinta kepada
bangsa kita sendiri. Widih, gile bahasanya. Well,
setuju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar