Rabu, 10 Juni 2015

Feature-Published on Terra Incocgnito 2014




Siapa Bilang Lagu Murahan?

(Rima Budiarti)

Suatu hari saya sengaja memainkan lagu band Indonesia yang berlirik seperti ini. “Bertahan satu cinta, bertahan satu C-I-N-T-A…” Belum juga kelar lagunya, sudah ada teman saya yang berteriak. “Busyeet dah, matiin lagunya! Eneg gua sama yang lebay gitu, hahaha..” Hal serupa terjadi ketika saya iseng memutar lagu ini. “Aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Dulu ditendang sekarang aku disayang…”
H
asyh, saya sudah tidak heran lagi dengan respon mereka dengan lagu-lagu band Indonesia. Responnya berwarna-warni seperti lebay lah, kampungan lah, murahan lah, dan masih seabrek lagi, tetapi intinya sama yaitu ‘payah’. Anyway, enggak semua orang memandang lagu-lagu band Indonesia dengan sebelah mata. Beberapa dari anak muda Indonesia masih ada yang demen kok. Nggak sedikit juga. Eits, ada tapinya nih. Orang-orang yang pro sama lagu band Indonesia malah dilabel enggak selevel dengan mereka yang doyan lagu Korea atau pun lagu barat-oke, biar gampang saya sebut saja lagu manca negara. Dan mereka malah dianggap kampungan. Ini terjadi pula di kalangan pecinta lagu yang cuma ada di Indonesia alias lagu dangdut atau lagu campursari. It’s likesorry, loe nggak selevel ya.” Seperti menciptakan dua kubu yang beroposisi dan berbeda kasta.
Masih ingat dengan pengamen yang masuk dapur rekaman di tahun 2013 kemarin? Saya salut dengan Tegar. Bocah kecil pengamen yang melalui video Youtube unggahan menjadi penyanyi tenar Indonesia waktu itu. Lagunya memang sederhana, sesuai dengan background kehidupannya. Walaupun hidup serba kekurangan, tapi ia mencoba untuk membuat suatu karya dengan membuat lagu ciptaannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas bisa dibangun dari aspek  mana saja dan enggak butuh duit banyak untuk nglakuin itu. Oke sip, sepakat.
Holaaa… sebenernya kutukan apa sih yang didapat penyanyi serta band-band Indonesia sehingga mereka dicap band kampungan bin murahan? Nggak jauh beda dengan anggapan mereka tentang lagu dangdut dan campursari. Padahal mereka itu bikin lagu juga penuh dengan perjuangan mandi keringat dan memutar otak mereka. Isinya juga bagus, lebih sopan dan nggak porno. Ya walaupun kadang maknanya kurang ngena di hati. Well, that is not really big problem. Personilnya atau penyanyinya juga sopan-sopan, mereka memakai baju yang sesuai etika timur dibumbui fashion style yang didesain sama desainer professional juga. Tapi kenapa anak muda Indonesia malah menganggap mereka lebay dan kecenderungan mereka untuk menggandrungi artis-artis luar negeri malah tinggi? Apa yang menarik dari penampilan artis barat yang bajungan kurang bahan atau malah tidak punya baju sama sekali?
Lain ceritanya kalau artis barat papan atas seperti Lady Gaga yang nyanyi. Penyanyi barat yang suka berpakaian aneh-aneh bin seksi itu malah digandrungi oleh kaum muda Indonesia yang termasuk dalam kubu pro lagu barat. Well, si Lady Gaga ini memang sudah go international-lah istilahnya. Kepopulerannya sudah nggak bisa dibantah lagi. Sebegitunya digandrungi, saya penasaran dan saya mecoba survey kecil-kecilan. Saya iseng membuka-buka playlist MP3 di HP teman-teman saya. Wah, nggak salah lagi, selalu suara mayoritas lebih dari lima puluh persen plus satu yang menang adalah lagu-lagu barat seperti lagunya si Gaga yang saya bicarakan tadi, Miley Cyrus, Bruno Mars, dan masih seabrek-abrek lagi dan saya lupa nama penayanyinya satu persatu.
Saya iseng-iseng memprotes teman-teman saya kenapa mereka lebih suka lagu-lagu barat daripada lagu kreatif anak bangsa. Yah, simpel. Mereka menjawab kalau itu adalah trend, biar dianggap gaul dan enggak kudet (kurang update). Lalu saya tanya apa mereka tahu artinya dan mereka pun senyum sambil menggeleng. Walah walaaah… gaul kok maksa. Diam-diam saya pun ketawa-ketiwi.
Penyanyi Indonesia kurang menarik? Eits, jangan salah. Penyanyi Indonesia banyak yang cakep and nggak kalah dari Justin Timberlake. Sebut saja, Ariel Noah ganteng kok ya walaupun nggak semacho si Justin, but you have to know si Ariel itu asiatis dan dari zaman baheula sampai zaman nukiye, nggak mungkin kalo mata si Ariel ini berwarna hijau atau kuning kecuali kalau memakai soft lense. Moreover, suaranya juga yahuuuuuttt. Rido Rhoma putra sang raja dangdut pun juga patut diacungi jempol karena lagu-lagu dangdut yang ia nyanyikan sangat inspiratif dan  negara kita yang punya kayak beginian. Istilah kerennya itu limited edition. Hemmm… mestinya anak-anak muda bangga sebab itu.
Di luar topik tingkat ketampanan, band-band Indonesia patut diacungi jempol. Melalui semangat berkaryanya, dunia musik Indonesia makin berkembang. Lagi pula, enggak sedikit band-band Indonesia yang sudah mengadakan konser ke berbagai negara. Itu merupakan salah satu tanda bahwa band Indonesia tidak kalah hebatnya. Masalah penampilan dan gaya menyanyi, bahkan lirik lagu yang dibawakannya itu merupakan bukti konkret kreativitas mereka. Bukan lebay. That’s really BIG NO!
Ironis sekali ya, ketika anak-anak muda kebanyakan memandang sebelah mata  karya-karya musik anak bangsa. Parahnya lgi kalau mereka sampai mengejek dan segala macam. Well, mengkritik dan menghina itu beda tipis. Mengkritik itu dengan didasari fakta, kalau mengejek itu asal ngomong alias omdo (omong doang). Kalau mendengar celotehan yang seperti itu, kadang saya mikir. Hah, memang apa yang telah loe perbuat, loe nggak sehebat mereka yang bisa nyiptain lagu. Loe enggak bisa apa-apa nggak usah banyang cing-cong dong.
Meskipun demikian, saya tidak akan mengatakan “jangan dengerin lagu manca negara”. Mau lagu barat kek, lagu Korea kek, lagu Mandarin kek, semuanya oke. Cuman, jangan sesekali kita menghina atau memandang remeh lagu-lagu saudara-saudara kita sendiri di Indonesia. Kita wajib dong pro dengan mereka. Apresiasi kreativitas anak bangsa itu haram jika tidak dilaksanakan. Eits, nggak bermaksud untuk sok ngatur lho  ya. Dengan menghargai karya saudara-saudara kita, itu artinya kita juga cinta kepada bangsa kita sendiri. Widih, gile bahasanya. Well, setuju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar